Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Magang atau PKL di BPPT

Pengalaman Magang atau PKL di BPPT

Pengalaman Magang atau PKL di BPPT

Ah akhirnya bisa nulis lagi. Yup, kali ini saya akan mengutarakan sedikit pengalaman saya. Pengalaman nyobain kaya gimana sih rasanya kerja kantoran. Ya tidak lain dan tidak bukan lewat pengalaman dari mata kuliah Kerja Praktek yang saat tulisan ini saya buat sedang saya jalani.

Well, Kerja Praktek (KP) atau bisa disebut PKL (Praktek Kerja Lapangan) saya ini rencananya dilakukan selama 2 bulan, dari pekan awal November 2013 hingga pekan akhir Desember 2013, bertempat di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), di bagian PTIK (Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi). Kantor PTIK BPPT yang saya sambangi berada di kawasan PUSPIPTEK (Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) di daerah Serpong, Tangerang Selatan. Sekitar 50-an km dari rumah saya—di Pekayon Jaya, Bekasi—jika ditarik garis lurus ke komplek PUSPIPTEK tersebut. Jarak yang jauh memang.

Setelah berjuang mengurus beraneka ragam urusan birokrasi dan administrasi perihal KP di kampus dan di gedung PTIK (Gedung Teknologi 3) langsung, akhirnya mulai hari senin tanggal 4 november 2013 Kerja Praktek kami—saya melaksanakan KP dengan seorang teman saya—dimulai walaupun dalam realitanya urusan surat pernyataan kami diterima KP di PTIK BPPT belum turun saat KP telah dimulai, padahal surat tersebut kami butuhkan untuk mengurus dispensasi untuk tidak hadir kuliah selama mengikuti KP. Ya semoga saja surat tersebut dapat cepat turun. Dan gong penanda KP dimulai telah dibunyikan, perangkat hardware buatan Haoyu tipe HY-LPC1788 harus kami program sesuai dengan yang diminta oleh pembimbing KP kami.

Ya sedikit telah saya jelaskan prolog KP saya. Jadi sebenarnya bukan persoalan perangkatnya yang ingin saya bicarakan, melainkan soal ngerasain kerja di kantornya yang ingin saya tekankan. Kalau buat masalah perangkatnya mah saya rasa asik-asik saja walaupun memang tidak semudah yang saya bayangkan. Ada tantangan tersendiri buat ngoprek perangkat tersebut walaupun dibumbui dengan kepala puyeng dan mumet. Tapi disitulah feel-nya.

Nah, tetapi untuk masalah kantornya yang saya punya sedikit problemo. Waktu kerja dimulai pukul 07.30 setiap harinya dari Senin-Jumat. Bayangkan saja, saya harus pergi-pulang dengan jarak 50-an km setiap hari dengan menaiki bus BPPT. Itu masih mending, pada pekan awal KP saat saya belum mengetahui info mengenai bus jemputan BPPT Serpong, saya harus melintasi Bekasi-Tangerang dengan menggunakan KRL (Kereta Rangkaian Listrik) Commuter Line. Berangkat selalu pagi jam 5 kurang dari rumah menuju ke stasiun Bekasi untuk mengincar kereta pertama pukul 05.15 karena jika saya tak mengincar kereta pertama, berdesak-desakan bakal menunggu saya saat waktu lebih siang. Dan itupun harus transit kereta sebanyak 2 kali, lalu terakhir menumpang mobil angkutan kota menuju PUSPIPTEK. Ya ditotal-total hampir 2 jam perjalanan. Dan itu belum termasuk waktu pulang yang sangat amat berjubel-jubelan di dalam kereta yang sangat membuat stres. Jam kerja kantor selesai pukul 16.00. Dan tahukah pukul berapa saya sampai rumah? Sekitar antara pukul 7-8 malam baru saya sampai rumah.

Sekarang bolehlah dianggap saya menggukana angkutan bus BPPT untuk pergi pulang, tapi tetap saja perjalanan Bekasi-Tangerang PP sangat jauh. Lelah perjalanan pasti selalu menggelayut. Belum lagi ditambah dengan kemacetan Jabodetabek yang semakin memperparah keadaan dan stres. Polusi, debu, bising, semrawut, tidak sabaran, desak-desakan, dsb menghiasi hari-hari dalam perjalanan saya. Dan saya harus ‘bermesraan’ dengan kondisi ini hingga KP saya selesai. Good Job.

Saya pun seringnya heran, kenapa ya orang-orang pada doyan buat mengadu nasib mereka di Jakarta. Memang sih pusat perputaran uang Indonesia itu berpusat di Jakarta dan sekitarnya, tapi ya kalo semua orang pada migrasi ke kota ini, mau jadi sepadat apa lagi Jabodetabek? Heran, tak habis pikir. Cuma menambah kuantitas kemacetan, kepadatan penduduk, dan pengangguran saja. Welcome to Jakarta.

Orang kantoran itu kerja dari pagi sampai sore dari senin sampai jumat—tapi ada juga yang sampai sabtu. Terbayang tidak begitu kaya robotnya kalau kerja jadi orang kantoran? Dan hal ini yang saya rasakan. Sungguh lelah sekali. Terasa sangat terkekang. Terlalu statis. Tidak dinamis. Senin cemberut, selasa masih cemberut, rabu cemberut mulai hilang, kamis tersenyum sedikit, dan akhirnya jumat sumringah, dan hal tersebut akan terulang kembali pada hari senin berikutnya setelah melewati weekend penghibur selama dua hari. Bahkan saya pun sampai bisa merasakan perasaan bagaimana senangnya para pegawai ini saat kerja di hari jumat, dan perasaan bagaimana ‘tersiksanya’ harus menyambut senin lagi. Wow begitu suntuknya hidup jadi orang kantoran. Tidak hanya itu, kerjaan di kantor itu ya rata-rata ‘hanya menghabiskan waktu’ saja, dalam artian ya kerjaannya seringnya itu-itu saja dan lebih sering suntuk dan membosankan. Tak ayal tak sedikit pegawai yang sinis saat ditemui oleh orang-orang luar—terutama pegawai negeri—walaupun tidak semua. Welcome to The Reality.

So, saya merasa kerja kantoran itu bukan hidup saya. Hidup di kantor itu terlalu monoton. Saya merasa terkekang. Saya terbiasa dengan kehidupan kampus yang dinamis yang tidak terikat harus terusan-terusan dari pagi sampai sore dan harus terusan-terusan dari senin sampai jumat. Saya lebih suka dengan hidup yang lebih bebas, yang lebih suka-suka gue—yang masih dalam batas norma wajar—tapi pekerjaan selesai. Saya lebih suka denga jiwa dinamis. Saya lebih suka dengan jiwa muda. Maka dengan ini saya tetapkan, saya tidak mau memilih untuk menjadi pekerja kantoran saat lulus kuliah nanti. Namun, jika memang saya terpaksa harus menjadi pegawai kantoran, saya tidak akan berlama-lama bekerja menjadi pegawai. Bekerja di kantor hanya saya jadikan sebagai batu loncatan untuk ke step mimpi selanjutnya, sehingga saya putuskan bahwa saya akan menjadi pengukir sejarah teknologi di Indonesia—bahkan dunia—selanjutnya, lewat teknologi kereta tentunya.

Jadi, Kerja Praktek ini harus segera saya selesaikan kurang dari dua bulan. Niat yang lurus, bersabar, tabah, kuat, tekun, pantang menyerah dan selalu tersenyum harus selalu saya junjung, terutama saat menjalani KP ini hingga selesai. I want end it ASAP.

 


Post a Comment for "Pengalaman Magang atau PKL di BPPT"

close