Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Berobat di Kuala Lumpur ,Malaysia

Pengalaman Berobat di Kuala Lumpur ,Malaysia


Pengalaman Berobat di Kuala Lumpur ,Malaysia

Puji Syukur kehadirat Ilahi Rabbi. Bahwa Bapakku Sutarso Sudono, setelah beberapa waktu yang lalu dikatakan oleh dokter disini terkena Hepatoma (kanker hati), setelah diperiksa dengan seksama melalui MRI dan periksa darah di Laboratorium Mahkota Medical Center, Melaka Malaysia, ternyata beliau tidak menderita kanker, tidak juga tumor, Hepatitis A, B maupun C. Melainkan “hanya” titik-titik abses pada lever. Lalu diberi obat antibiotik, langsung boleh pulang. Padahal disini, bapak sudah harus di kemoterapi.



Pengalaman ini merupakan pengalaman yang berharga bagi kami. Bahwa ternyata kita memang harus cross-check untuk mengetahui penyakit yang diderita/dialami oleh diri kita dan keluarga. Sebenarnya, kami sudah cross-check ke beberapa dokter disini, hasilnya berbeda-beda. Dokter yang pertama bilang, katanya Hepatoseluler Carsinoma. Lalu pindah ke klinik lain, diperiksa katanya Hepatoma, harus segera di TACE (Transaterial Cheoembolisation) atau kemo. Lalu kami ke dokter yang lain lagi, katanya ada “massa’ di lever dan belum tahu apakah kanker atau bukan, harus di MRI. Kami setuju dengan pandangan dokter yang terakhir. Lalu kami berupaya untuk MRI.

Untuk MRI kami juga banyak bertanya, ternyata lain rumah sakit, lain pula harganya. MRI pun berbeda harga tergantung baru atau tidak alatnya yang berpengaruh pada keakuratan hasil ‘foto’nya. Harga berkisar 5,5 juta hingga 8,6 juta rupiah. Sebenarnya kami hendak langsung bertindak untuk MRI. Tapi seorang teman menyarankan agar periksa ulang di Melaka, dan sekaligus MRI disana. Kami berpikir, tidak ada salahnya dicoba.


Lalu, saya dan bapak ‘terbang’ ke Malaysia. Tiba di KL, naik taxi ke Malaka. Jarak yang ditempuh hampir sama sepeti Jakarta Bandung. Dengan membayar sekitar 150 Ringgit kami tiba Melaka. Langsung check-in di Fennix Inn. Penginapan murah dan bersih yang letaknya di belakang rumah sakit, dengan harga 85 RM semalam. Harga diskon untuk pasien.


Esoknya pukul 8, kami sudah tiba di Mahkota Medical Center, langsung menuju registrasi. Setelah registrasi. Sebenarnya Dokter tiba Pk 9.30. Masih ada waktu, saya menuju ke Health Screening untuk minta informasi tentang pemeriksaan kesehatan.
Kami menuju ke Ruang Praktek Dr Chow Ken Tek, Spesialis Hepatologi, Pencernaan dan Penyakit Dalam. Ternyata sudah ada beberapa orang yang lebih dahulu tiba. Bapak berada dalam nomor urut 6. Pasien yang lain adalah seorang bapak asal Riau, beliau diantar oleh puteranya. Pukul 9.15 bapak dipanggil. Hasil USG, CT Scan, Lab darah, resep obat yang kami bawa dari Jakarta diperlihatkan kepada Dr. Chow. Lalu dengan seksama beliau memeriksa, dan bertanya kepada bapak seputar apa yang dirasakan, dan latar belakang sakit yang pernah diderita. Beliau menyarankan kami untuk MRI dan periksa darah lengkap.

Lalu kami menuju Laboratorium Darah, menunggu giliran, disana sudah banyak orang antri. Saya sempat berpikir, jam berapa dapat giliran? Ternyata, cepat sekali tidak perlu menunggu lama.. semua serba cepat. Hasil Lab darah diserahkan langsung ke DR. Chow. Kami hanya tinggal melaksanakan MRI. Lalu kami menuju Ruang Radiologi, ternyata tidak banyak yang di MRI, bahkan cuma bapak saja, jadi langsung masuk ke ruangan. Sebagian besar pasien antri untuk USG. Yang mencengangkan disini adalah dimana-mana bertemu Orang Indonesia. Kami seperti di negeri sendiri. Ada yang dari Pluit, Bekasi, Tangerang, namun yang terbanyak dari Riau, Medan, Padang dan Palembang. Pukul 11.30 Hasil MRI selesai, langsung diserahkan ke suster di ruang praktek DR. Chow. Kami diberitahu untuk kembali lagi pukul 14. Pukul 12.00-14.00. Jam istirahat.


Lalu kami makan siang di kedai sekitar rumah sakit, dan menyewa taxi untuk putar-putar sekitar Malaka. Kami menuju tepi Selat Melaka yang ada masjid indah, dari Jendela RS Mahkota kami sebenarnya bisa lihat dari ketinggian. Lalu kami menuju Kawasan World Heritage, Cuma mampir lihat-lihat, tidak sampai 15 menit. Ternyata bangunan peninggalan Belanda dan Portugis disini tetap terawat dan indah. Kami juga menelusuri Jalan Hang Jebat dengan taxi. Toko-toko berarsitektur Cina yang unik dan antik. Usai ‘pusing-pusing’ alias berkeliling, kami kembali ke rumah sakit.

Pukul 14.30 Kami mendapat giliran masuk ke ruangan. Lalu Dokter Chow menjelaskan hasil MRI dan pengecekan darah. Beliau bilang bukan tumor ataupun kanker. Hasil periksa darah, tidak menunjukkan indikasi kanker, juga hasil MRI. “Hanya” ada titik-titik abses. Memang terlihat jelas titik-titiknya. Meski tidak terlalu mengkhawatirkan, namun abses itu harus disembuhkan karena berisi kuman. Oleh karena itu harus diberi obat antibiotik untuk sebulan. Biopsi ataupun TACE sama sekali tidak diperlukan. Dengan diagnosa tersebut, bapak dibolehkan pulang. Hanya membutuhkan proses tidak sampai setengah hari pemeriksaan selesai, lengkap dengan hasil laboratorium dan MRI. Dan kembali bulan depan, untuk melihat, apakah titik-titik abses itu masih ada atau tidak. Oh ya biaya MRI disini 1000 ringgit. Periksa Lab, biaya dokter dan obat 385 RM. Total 1385 RM. (1 RM= Rp2815)


Alhamdulillah. Mudah-mudahan Allah memberikan yang terbaik untuk bapakku. Yang penting kita sebagai anak dan bagian keluarga harus mengupayakan sedemikian rupa untuk kesembuhannya. Doa, ikhlas dan ikhtiar harus seiring sejalan.

Terima kasih atas doa dan dukungan kakak, adik, mas dan mbak saudara sepupu, tante, serta teman-teman semua disini. Terima kasih untuk Mbak Sari Waskito atas informasinya yang

 

Pengalaman berobat ke Melaka (2)

August 08, 2010


Setelah satu bulan yang lalu mengantar bapak ke Mahkota Hospital di Melaka, kini saya kembali kesana. Awal kedatangan kami ke Melaka, karena dipicu oleh sakit bapak, yang oleh dokter dikatakan Kanker Lever (Hepatoma). Waktu itu bapak disarankan untuk segera dikemoterapi, karena katanya sel-sel kanker itu akan cepat membesar bila tidak segera dikemo. Sebelumnya dokter juga memberikan bapak beraneka macam obat senilai Rp 2juta untuk diminum pagi, siang atau malam hari. Namun setelah diperiksa disana melalui cek laboratorium dan MRI, ternyata sakitnya bapak “hanya” abses titik-titik kuman dan diberi antibiotik untuk dikonsumsi selama sebulan. Lalu harus kembali lagi setelah obat habis diminum. Obat yang dibeli sebelumnya tidak terlalu disarankan untuk dikonsumsi, dengan pertimbangan menjaga kesehatan ginjal.

Sebulan telah berlalu, tepatnya tanggal 28 Juli 2010, kami kembali ke Melaka. Ikut serta ibunda yang juga ingin periksa kesehatan disana. Sengaja kami merencanakan bepergian selama 5 hari 4 malam, dengan 2 malam di Malaka, 1 malam di Genting dan 1 malam di Kuala Lumpur (KL). Sebenarnya selain periksa kesehatan, kami juga ingin mengajak ibu jalan-jalan, karena pas tanggal 20 Juli, ibu ulang tahun yang ke 71 tahun. Dengan naik Malaysia Airline, kami tiba di KL pukul 8 pagi. Lalu dijemput Pak Sufi, supir taxi “langganan” kami yang ramah dan baik hati. Sekitar 2 jam, kami tiba di Melaka, langsung Check-In di Trend Hotel, Jalan Mahkota. Setiba di penginapan, ibu-bapak saya persilahkan istirahat, karena mereka sudah bangun pagi dini hari dan pukul 3.30 sudah tiba di bandara, jadi saya pikir pasti mereka lelah. Ketika mereka beristirahat, saya menuju Mahkota Hospital untuk Screening Health. Kebetulan saya harus periksa rutin untuk PapSmear 6 bulan sekali karena pernah dioperasi Histerctomic (pengangkatan rahim) akibat CA. Jadi saya menyempatkan diri sekalian untuk periksa General Check-Up, dengan mengambil Paket Wellness.

Waktu menunjukkan pukul 11.30 menjelang siang. Sengaja saya puasa untuk pemeriksaan kesehatan. Dengan berjalan kaki saya menuju Screening Health Center di Mahkota Hospital. Lalu berkonsultasi sebentar dengan petugas, lalu membayar sejumlah 688 RM plus uang pendaftarar 3 RM saya mendapatkan fasilitas pemeriksaan berupa : Konsultasi dokter, fungsi pendengaran, fungsi paru, Patologi : Faktor Pencetus Kanker, Gula Darah, Free T4, Hitung darah, Uji Hepatitis B, Profil Lipid, Fungsi Lever, Pap Smear, Urinalysis, Pengujian Radiologi : Chest X Ray, Full Abdomen USG, Mammogram, Resting ECG. Sekitar Pk 13.30 kegiatan pemeriksaan selesai. Sebenarnya kalau datang lebih pagi, hasil pemeriksaan bisa selesai dalam hari yang sama, namun saya datang sudah siang, jadi hasil pemeriksaan akan diberikan besok pagi jam 8.


Sore hari, sekitar pukul 4 sore, saya mengajak ibu bapak jalan-jalan sekitar Melaka. Rencana saya ingin mengajak mereka naik boat untuk menyisiri Sungai Melaka, “Melaka River Cruise” Namun ternyata baru bisa beli tiket stelah pukul 17.30, karena ada rombongan pejabat Thailand yang datang berkunjung. Akhirnya kami menyusuri jalan-jalan sekitar, yakni ke Lorong Hang Tuah, Hang Jebat yang banyak terdapat rumah-rumah Arsitektur Cina yang antik. Oh ya, disana waktu siangnya lebih lama, Maghrib jatuhnya pukul 8 malam, jadi waktu terasa panjang. Pk 6 sore atau 7 malam masih terang benderang. Lalu kami juga mengunjungi “Rumah Merah”, yang sebenarnya sebutan untuk Christ Church yang dibangun oleh Portugis tahun 1753 lalu diambil alih oleh Belanda. Bangunan ini merupakan salah satu lambang bahwa Melaka sebagai World Heritage City dari UNESCO. Ada beberapa bangunan lain, antara lain, Porta de Santiago yakni sebuah bangunan monumen peninggalan Portugis tahun 1511. Hang Li poh’s Well yang dibangun oleh para pengikut Puteri Cina, Hang Li Poh, tahun 1459, Tranquerah Mosque yang terdapat makam Sultan Johor, Hussein dimana ada prasasti yang ditandatangani oleh Sir Stamford Raffles tahun 1819 dan banyak lagi bangunan bersejarah lainnya.


Pukul 17.30 kami menuju tempat boat, Sungai Melaka. Kabarnya kalau mengunjungi Malaka, tidak komplit kalau tidak berkesempatan menyusuri sungai sepanjang 9 kilometer selama 45 menit. Sepanjang jalan kami melihat bangunan bergaya Belanda, Rumah toko tua yang antik, museum, cafe tepi sungai, jembatan cantik, dsb. Ibu dan bapak tampak kagum, karena bangungan-bangunan kuno masih tampak cantik terawat, sungguh unik kata mereka berdua.. koq disini bisa ya.. padahal di Jakarta juga banyak bangunan tua dan cantik, terutama di daerah kota. Disini sungainya masih bersih dan bisa dilalui untuk wisata, kalau di Jakarta.. (jangan ditanya deh). Selesai “pusing-pusing”, lalu kami makan malam dan kembali ke penginapan, esok pagi ibu bapak harus periksa kesehatan.


Hujan mengguyur dipagi hari, terpaksa kami naik taksi ke rumah sakit. Pukul 8 pagi kami sudah tiba. Saya dan ibu menuju Health Screen Center, sedangkan bapak langsung menuju ruang praktek Dokter Chow Ken Tek di Lantai 4. Oh ya, hasil pemeriksaanku kemarin sudah bisa diambil, lalu saya konsultasi dengan Dokter (Puan) Premah Munusamy, seorang wanita keturunan India. Hasilnya, Alhamdulillah baik, meski harus jaga-jaga karena kolesterol. Beliau menyarankan harus Pap Smear sesuai
jadwal. Setelah konsultasi dengan dokter, lalu saya menemani ibu periksa. Ibu juga mengambil Paket Wellnes, ditambah periksa tulang melalui Bone Densitometer (40 RM). Ibu memang sering nyeri persendian dan tulang. Selagi menunggu antrian, saya menemani bapak, oleh dokter bapak disarankan periksa laboratorium untuk cek darah dan USG. Saya membantu bapak untuk keperluan administrasi, lalu saya turun menemani ibu. Agak repot bolak balik. Inginnya nanti pas hasil akhir pemeriksaan , saya bisa mendampingi keduanya. Selesai pemeriksaan. Hasilnya jam 2 siang sudah bisa diambil dan langsung konsultasi dengan dokter. Lalu kami makan siang di kantin rumah sakit. Untuk makan siang, ibu mendapat kupon senilai 10 ringgit karena mengambil Paket Wellnes, tapi kata ibu, makanan disini kurang bumbu.. iya sih karena kemarin aku juga sudah makan disini..


Pukul 2 siang, hasil sudah selesai, langsung saya menemani ibu untuk konsultasi hasil Health Screening, ibu mengalami pengeroposan tulang dan pengapuran, jadi sering nyeri. Oleh dokter umum ibu dirujuk ke Dokter Orthopedi, Lim Chui Oo, namun terlebih dahulu ibu ke Urolog Michael Cheng Kok, untuk masalah kandung kemihnya. Sambil menunggu antrian dokter untuk ibu, saya menuju bapak untuk menemui dokter. Terlambat, bapak sudah selesai konsultasi.. yah sayang sekali, padahal saya ingin bertemu dokternya bapak. Kata bapak, “gak usah, bapak sudah sembuh koq”. “Hah sudah sembuh? Apa kata dokter?” begitu tanyaku. Dengan membujuk suster, saya diijinkan menemui dokter. Kata Dokter Chow Ken Tek, penyakit lever bapak sudah tidak mengkhawatirkan lagi, tidak ada masalah yang berarti. Bisa dibilang sudah sembuh. Bapak boleh pulang tanpa bawa obat, katanya tidak perlu obat lagi, sudah selesai pengobatan levernya. No medicine anymore. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah..!

Saya teringat ibu, lalu turun menemui ibu yang sedang menunggu giliran. Ternyata... ibu sudah selesai berkonsultasi. Terlambat lagi..! “terpaksa” membujuk suster untuk bertemu dokter, syukur diperbolehkan. Ibu memang mengalami masalah dengan kandung kemihnya yang sering tidak terkendali, tapi hal itu biasa bagi orang yang sudah tua. Solusinya bisa dioperasi. Tapi tidak mengapa jika tidak dioperasi, hanya masalah kenyamanan saja, karena sering pipis. Ibu lalu diberi obat. Dokter rujukan ibu yang satu lagi adalah ahli tulang atau Orthopedi. Karena dokternya sedang melakukan operasi, maka kami disarankan datang pagi hari.

Jumat, Pk 8 pagi, saya berdua ibu datang paling awal ke ruang praktek Dokter Lim Chui Oo, ahli tulang. Begitu suster datang langsung saya serahkan surat rujukan. Lalu oleh suster, kami dipersilahkan untuk sarapan terlebih dahulu, karena dokter akan datang pukul 9. Lalu saya dan ibu menuju kedai makanan tak jauh dari rumah sakit. Disana kami makan “nasi kucing”. Gak terlalu enak, tapi lumayanlah.. Kalau soal makanan, Indonesia surganya makanan enak, jadi masakan disana terasa biasa-biasa saja di lidah.. Di Kedai-kedai makanan, terutama yang halal food, kami sering berjumpa para pasien Mahkota Hospital yang berasal dari Indonesia. Jadi seru kalau pada bercerita tentang pengalaman atau suka duka berobat di tanah air dibandingkan dengan berobat di Melaka yang “banyak kemudahan”, (maaf.. maaf.. saya cuma pendengar yang baik koq..).

Setelah sarapan, saya dan ibu kembali ke rumah sakit. Sedangkan bapak dipenginapan. Sampai di depan klinik, pasien sudah banyak menunggu. Tapi untungnya nama ibu pasien nomor urut satu, jadi lebih dahulu dipanggil. Kata dokter, ibu terkena Osteoarthritis dan Osteoporosis alias pengeroposan dan pengapuran. Ibu diberi obat-obatan penguat tulang, vitamin, dan disuntik. Kata dokter, obatnya bisa untuk 2 bulan. Memang agak mahal, tapi untuk 2 bulan dan cukup banyak jumlahnya, maka reasonable kalau harus mengeluarkan 987 RM untuk obat, vitamin, dan suntikan termasuk biaya konsultasi dokter.



Dari rumah sakit, kami segera ke penginapan, lalu check-out. Pak Sufi menjemput kami pk 11. Dari Melaka langsung menuju ke Genting Highland. Perjalanan kurang lebih 3 jam. Sepanjang perjalanan, bapak berbincang-bincang dengan Pak Sufi. Tampaknya mereka berdua sudah seperti saudara dekat, ngobrolnya akrab dan seru sekali, sampai2 kisah di Jaman Belanda diceritakan semua... ! Pemandangan juga indah, melewati perkampungan pecinan, dan ketika mendekati Genting, jalan berkelok-kelok.. yang menakjubkan semua jalan-jalannya mulus dan lebar, terasa bebas hambatan karena tidak macet. Di Genting, kami menginap di First World Hotel. Cuma semalam disana, keesokan harinya, Pak Sufi jemput kami menuju KL, lalu kami menginap di Hotel Royale Bintang, kawasan ramai Bukit Bintang. Nah, disini kami terkena macet..! maklum daerah sibuk, banyak pertokoan dan perkantoran. Capek deh..



Alhamdulillah rasanya senang dan puas mengajak ibu bapak berobat sekaligus jalan-jalan ke Malaysia. Negeri tetangga yang pernah bikin masalah dengan negara kita, ternyata banyak hal postif yang bisa diambil dan ditiru. Kedisiplinannya, ketertibannya, kepeduliannya, dll. Juga mungkin bisa ditiru sistem layanan kesehatan publik mereka. Bagaimana kalau kita balas dengan meniru sistem layanan kesehatan mereka, termasuk etos kerja dan kinerjanya sehingga biaya pengobatan dan peralatan medis bisa lebih terjangkau oleh kita semua dan lebih baik hasilnya.

Terimakasih untuk Tante Mei, Tante Dini dan suami, Mas Toto dan keluarga, juga Mas Deni yang sudah menjamu ibu bapak dan mengajak jalan-jalan seputar KL, Petronas dan Putrajaya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan tante, Om dan mas semua.

Post a Comment for "Pengalaman Berobat di Kuala Lumpur ,Malaysia"

close