Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengalaman Seleksi Management Trainee P&G Terbaru

Pengalaman Seleksi Kerja P&G Terbaru




Pengalaman Seleksi Management Trainee P&G Terbaru

Gagal di Unilever hanyalah sebuah permulaan. Masih banyak perusahaan FMCG (fast-moving consumer goods) lain yang juga oke kok. Salah satunya adalah P&G yang juga merupakan salah satu FMCG terbesar di dunia. Ketika P&G buka lowongan di bagian HR, langsung lah gue apply.

 

Lowongan yang dibuka saat itu adalah HR Associate Manager. Yang menarik adalah meski titelnya "manager", posisi ini terbuka untuk fresh graduate. Hal ini unik karena di perusahaan lain biasanya entry-level-nya adalah sebagai staf. Setelah nanya dan ngobrol sama orang-orang, ternyata yang membedakan posisi ini dengan level staf adalah tingkat responsibilities-nya. Pada jabatan ini, seseorang nggak hanya jadi do-er di bagian teknis, tapi juga dituntut untuk berpikir strategis dan diberi tanggung jawab yang lebih tinggi. And it is not necessary to have a subordinate or staff below you.


Online Application & Screening Reasoning Test

Sama seperti well-established multinational company lainnya, tahap pertama dari proses seleksinya adalah online application. Hal-hal yang ditanyakan umum seputar data diri. Setelah itu ada online assessment. Ada screening reasoning test berupa gambar figural dan juga personality test.

Di tes tersebut juga ditanya kesediaan kita untuk direlokasi ke tempat lain dan untuk business travel. Disitu gue sempet bingung banget mau pilih apa. Kalo pilih ga bersedia direlokasi nanti gue bisa ga ke-screen, tapi sejujurnya gue prefer untuk kerja di Jakarta aja. Akhirnya gue milih untuk jawab jujur bahwa gue ga bersedia direlokasi di tempat lain. Gue mikirnya mending bilang dari awal daripada nanti keterima terus ternyata harus relokasi dan guenya malah ditagih "Kan waktu itu ngisinya bersedia".

Global Reasoning Test
Keesokan harinya gue di-email oleh orang HR-nya P&G yang isinya undangan untuk mengikuti global reasoning test di kantornya. Simpelnya, global reasoning test itu sama kayak online reasoning test-nya, tapi ini tertulis dan lebih banyak aja soalnya. Gue pun langsung konfirmasi kehadiran.

Di hari tes tersebut, gue liat di daftar hadir ada nama salah satu kandidat yang bareng gue di assessment center Unilever! Hahaha emang isinya itu itu lagi. Saat itu ada lumayan banyak yang ikut written test, mungkin sekitar 20 orangan, tapi untuk berbagai function. Ada yang untuk HR, ada yang marketing, ada juga yang untuk CBD (gue lupa CBD itu apa).


Tesnya sendiri terdiri dari 3 bagian, ada yang numerik, verbal, dan juga figural. Kami dikasih waktu 1 jam untuk ngerjain itu semua, bebas mau ngerjain yang mana dulu. Hitungannya boleh pake kalkulator juga kok. Dibanding Unilever, tesnya P&G ini jaaaaaaaaaaaaauh lebih bisa dikerjain. Buat gue waktu 1 jam itu cukup kok untuk ngerjain ketiga subtes tersebut. Menurut gue soal numeriknya mirip-mirip soal matematika anak SMP hehe. Bukan yang bisnis banget gitu. Means bener-bener pake logika aja. Istilah bahasa Inggris yang digunakan juga nggak terlalu sulit kok. Beberapa soal juga sama kayak test practice-nya, jadi ya banyak-banyak latihan aja.

 

4 hari kemudian gue di-email test result-nya. Alhamdulillah gue lolos ke tahap selanjutnya yaitu interview. Berarti gue tinggal nunggu interview invitation-nya. Saat global reasoning test, gue dikasih tau bahwa tahap interview akan ada 3. Bisa 1-2-3 terpisah, digabung sekaligus, atau 1-2 digabung, atau 2-3 digabung. Saat itu gue berharap 2 interview digabung jadi gue cuma perlu 2x interview.


First Interview

3 hari kemudian gue ditelepon oleh P&G, tapi nggak keangkat. Udah deg-degan aja dan bingung harus gue telepon balik apa gimana. Kata orang-orang sih harusnya bakal dihubungin lagi. Ternyata bener, gue di-email. Lewat email itu gue di-invite untuk interview di kantornya.

 

Interview pertama gue adalah dengan salah satu orang HR perempuannya. Kalo pas di Unilever gue ditanya banyak hal dalam berbagai konteks, kali ini gue ditanya banyak hal dalam 1 konteks aja. Misalnya gue cerita soal pengalaman gue di BEM, maka sepanjang interview yang ditanya hanya seputar BEM aja. Tapi daaaalem banget berasa lagi ujian komprehensif. Jadi 1 konteks tapi bener-bener dalem banget. Plus in English. Jadi gue ngerasanya capek banget karena harus nginget-nginget pengalaman yang lalu secara detil, literally detil banget, ditambah harus menjelaskannya dalam bahasa Inggris. Jadi sulit karena penjelasan gue itu teknis banget dan ibaratnya harus menjelaskan dari awal sampai akhir ke orang awam. Jadi bener-bener harus detil. Alhasil gue dari tengah ke akhir ngomongnya terbata-bata pas udah mulai mendetil.

 

Selesai interview gue lemes. Capek banget beneran dan ga berharap banyak jadinya. Si kandidat satu lagi juga ngerasa gitu. Yaudahlah.

 

Pas lagi curhat sama temen tentang pesimisnya gue sama P&G, eh tiba-tiba gue ditelp sama P&G! Gue diundang untuk interview kedua keesokan harinya! Senggak-nyangka itu. Bener-bener ga nyangka bakal lolos ke tahap selanjutnya mengingat interview kemarin berjalan sangat melelahkan. Gue pun mengiyakan undangan interview itu dan nanya siapa interviewer-nya. Orang HR-nya bilang interviewer-nya lagi nggak di Indonesia sehingga nanti akan via video call. What. Setelah kepo via LinkedIn, ternyata interviewer-nya emang bukan orang Indonesia. Beliau adalah orang Vietnam dan saat itu emang kerjanya disana. Wow, that would be my first time experience being interviewed by foreigner and via video call. Dag dig dug.

Second Interview
Keesokan harinya gue sampe di kantor P&G satu jam sebelum jadwal interview. Untuk meredam ketegangan, gue sambil main hp dan chat aja. Pas udah jam 4 sore, gue dikabarin bahwa interview-nya mundur ke setengah 5. Okay. Pas udah setengah 5, katanya sebentar lagi. Hmm mulai feeling ada masalah nih.

Pas jam 5 kurang dikit orang HR-nya pun nyamperin gue. Dia minta maaf atas keterlambatan tersebut karena katanya tiba-tiba interviewer-nya ga bisa dihubungin. Ternyata anak dari interviewer tersebut sakit sehingga dia harus pulang lebih awal. Akhirnya gue pun di-interview sama orang HR tersebut. Agak lega tapi sekaligus agak khawatir. Lega karena di-interview-nya sama orang Indonesia dan mungkin jabatannya di bawah interviewer yang seharusnya, tapi di sisi lain khawatir karena takut standardnya beda dan mempengaruhi result.

 

Interview dimulai dari perkenalan diri sang interviewer. Interview kali ini berjalan jauh lebih santai dan komunikasinya jauh lebih 2 arah dimana gue juga bisa nanya-nanya ke dia. Karena suasananya santai, gue pun jadi terbawa rileks dan lebih komunikatif. Pertanyaannya based on CV gue dan nggak mendalam seperti interview yang pertama. Pertanyaannya itu seputar skills and knowledge kita, terutama yang kita tulis di CV. So make sure that you remember what you've written on your CV. Gue juga dikasih challenge sebuah studi kasus yang berkaitan dengan skills and knowledge tersebut. Sekitar setengah jam kemudian, interview pun diakhiri karena udah menjelang waktu buka puasa juga. Kali ini gue keluar dengan optimis dan bahagia.

 

Keesokan harinya, gue dikasih tau temen gue bahwa dia dapet email dari P&G yang menyatakan bahwa dia nggak lolos. Gue yang lagi di kampus pun kaget dan langsung ngecek email juga. Betapa kagetnya gue ketika gue juga dapet email tersebut. Langsung nggak mood ngapa-ngapain dan males pulang. Bener-bener sekecewa itu. Giliran gue nggak yakin lolos, gue malah lolos. Giliran gue udah yakin dan optimis, malah dapet reject letter :"

 

Sampai dengan tulisan ini diturunkan, posisi tersebut masih vacant. Waktu itu sih orangnya bilang bahwa mereka lagi cari 2 orang untuk jabatan tersebut. Entah karena masih belum menemukan orang yang cocok, atau gimana gue kurang tau. Menurut gue sih proses seleksinya nggak segitu susahnya dibanding Unilever, tapi mereka ketat banget sepertinya.

 

Post a Comment for "Pengalaman Seleksi Management Trainee P&G Terbaru"

close